Sabtu, 25 Februari 2012

(NASKAH TEATER “LUDAH UNTUK TUHAN”) karya: Farid Latif




Panggung gelap dan hening sesaat, di atas panggung hanya ada beberapa kursi dan meja dari kayu yang tertata rapi layaknya formasi kursi dan meja yang ada di ruang tamu di tambah satu kursi santai menghadap penonton…! Dari sisi kiri panggung masuk sosok pria memegang selembar kertas ( Farok ) diiringi lampu sorot. Dengan wajah gusar penuh sesak, seperti orang yang menahan ribuan tumpukan dalam dadanya. Orang itu berjalan perlahan menuju tengah panggung yang masih gelap, sebab cahaya hanya ada pada lampu sorot yang kini menampakkan tubuhnya. Dengan gerakan perlahan pria itu menggerakan tangannya ke atas hingga tangan yang menggenggam kertas tersebut sejajar matanya. Seperti posisi orang membaca puisi, Pra itu mulai membuka suara.
           
Farok :     demi ribuan mayat yang terapung dalam genangan abu mesiu, demi orang-orang mati yang kini masih bernafas. Seperti langit yang hitam menghujam bumi dengan hujan. INI LUDAH UNTUKMU TUHAN… beberapa bait puisi ini adalah penggalan dari puisi yang ia tulis dalam jejaring social facebooknya terus ia baca berulang kali,, pikirannya penuh dengan kata-kata makian dan umpatan yang ia rasa sebentar lagi akan beralamat padanya. Sejak puisi itu dijadikan sebagai wacana dalam sebuah pertemuan di sebuah stasiun televisi swasta yang membahas tentang peran jejaring social terutama facebook dalam kehidupan masyarakat. Ribuan statement beserta respon negative terus berkembang merambah ribuan rakyat di seluruh negri tanpa terkecuali, bahkan di desanya ia mulai menerima beberapa perlakuan tidak baik, dari mulai dimarjinalkan hingga di jadikan sebagai sasaran empuk fitnah. Hingga puncaknya pada siang kemarin, ketika Pak RT beserta perangkatnya tumpah ruah membanjiri ruang tengah rumahnya yang sempit. “hari ini kau harus angkat kaki dari desa ini” kata Pak RT yang kemudian dibumbui dengan berbagai macam ocehan pedas perangkat-perangkatnya.  Dalam lamunannya yang hening tiba-tiba dari luar panggung muncul suara-suara bersahutan meneriakan kata-kata umpatan juga panggilan agar membawa dia ke sidang balai desa atau bahkan dirajam di alun-alun desa.
Dari luar:  bakar, bunuh, kebalai desa saja,,, murtad, orang sinting, gila…  kata-kata itu terus bergantian.  Dalam kegentingan itu si pria yang sendirian di panggung tetap tak bergeming, bahkan wajah gusarnya tadi berubah drastis,wajahnya perlahan berubah cerah dengan mimic 40 % mendekati senyum,, perlahan ia melangkah menuju kursi santai kemudian duduk, lalu mengelurakan rokok dan di hisapnya. Sementara di luar panggung.
Di luar:     bakar, bunuh, kafir, rajam, orang sinting…..  semakin riuh,, smakin panas, semakin genting.. pria ini tahu seberapa besar bahaya yang akan mendekapnya kini, namun ia masih tak bergeming dalam kenikmatan asap rokok yang mengepul. Dan tiba-tiba. Suara pintu di buka paksa, mungkin dengan tendangan… dan daria arah sisi kanan panggung masuk puluhan pemuda bertubuh tegap, ada yang menenteng parang juga pacul serta berbagai macam benda yang mampu membunuhnya, atau merusak dan mengoyakkan kulit kasarnya.. salah satu pemuda angkat bicara, sebelum masa mengamuk.
Pemuda 1: kamu yang namanya Farok haaa…???  Semua pemuda diam,
Farok       : ya.. saya, ada apa..? seperti tidak tahu apa-apa.. masih dengan kursi santai yang bergoyang maju mundur.
                 Pemuda yang lain merangsak maju, namun pemuda yang tadi angkat bicara menghalangi. Sepertinya dia yang paling dihormati disitu..
Pemuda 1: kamu yang punya status mau ludah tuhan di facebook khan..?
Farok   : ya saya kenapa..?? masih dengan bahasa yang santai, tapi tiba-tiba.
            Buk, buk,, prak,prak…. Satu tendangan menerpa tanpa disadari oleh Farok. ia meluncur menuju dasar panggung dengan kursi santainya yang hancur.. ia berdiri seluruh pemuda yang ada di atas panggung merangsak lagi.. namun di cegah oleh pemuda yang paling awal bicara..
Pemuda 1 :  berhenti, kita hanya disuruh membawanya ke balai desa untuk dimintai pertanggung jawaban atas kekurangajarannya..
Pemuda yang lain         :  ayo arak dia menuju balai desa,, beberapa pemuda mengerumuninya, lampu panggung gonjang-ganjing, sesaat kemudian kerumunan pemuda beranjak, tampak Farok dalam keadaan terikat kemudian diarak dalam keadaan terikat jadi satu dengan kursi… kerumunan berjalan menuju pintu keluar sebelah kiri… lampu gelap, panggung hening,, namun suara arakan terus bergema…. Hingga arakkan muncul lagi dari bagian lain pintu panggung.. lampu nyala, panggung sebentar terang sebentar gelap… 
Dari kanan panggung.. bakar, bunuh, gantung,,,,,,, kali ini beberapa orang mulai melempar Farok dengan berbagai macam benda. Arakaan akhirnya berhenti di tengah panggung dengan posisi pemuda yang di arak menyamping penonton membelakangi tali gantungan yang telah berada disitu sejak arakan mulai masuk, Farok kini berhadapan dengan  pengarak… dari arah kiri muncul seseorang berpakaian rapi di iringi 2 orang pengawal, dan beberapa dayang. Melihat itu semua pengarak diam.. dengan mata terus mengikuti arah jalan beberapa orang yang baru datang.. seseorang yang baru datang berperan sebagai kepala desa.

Kepala Desa: berjalan dengan penuh wibawa kemudian berhenti persis di tengah panggung antara pemuda yang di ikat dengan kursi, dan para arakkan.. nama..???
Farok :             Farok.
Kepala Desa :  lengkap..! agak meninggikan suaranya..
                        Farok yang sedari tadi menunduk peNuh takdjim menengadahkan pandangannya. Dengan wajah yang bopeng namun masih ada gurat senyum yang Nampak. Ia menjawab..
Farok :             apalah artinya sebuah nama jika setelah ini nama itu akan tak berfungsi lagi…
                        Mendengar jawaban Farok yang begitu berani itu, sontak para arakan geram.! Berbagai macam benda pun melayang kembali diiringi riuh suara ribut.. Kepala Desa yang tak menyadari akan menerima jawaban seperti itu melongo sesaat kemudian mengangkat kepalan tangannya, dan semua orang yang semula memerankan peran sebagai pengarak kembali diam.
Kepala Desa :  Farok,farok,farok… dengan senyum misteri, karena diam-diam penasaran dengan keberanian pemuda yang diarak tersebut.  sambil mengulang nama pemuda tersebut Kepala dESa mendekatinya… sambil menyentuh dagu kepala desa memalingkan wajah Farok ke kiri-dan kanan, lihatlah anak muda, wajahmu ini .. cckckcc (seperti suara cicak) kau tak berada diposisi berkomentar… mimiknya sontak berubah jadi senyum yang dibuat-buat.. jangan-jangan. Mengucap dengan sedikit dengusan! Kau juga tak mengakui kesalahanmu..! sekarang katakan. Benarkah kau yang menulis puisi ludah untuk Tuhan..??
Farok :            Ya… aku mengakuinya,, aku yang menulis..!
Kepala desa:   anak muda, apa kau sadar apa yang kau lakukan.
Farok               : saya sadar… mendengar jawaban yang lugas dari Farok. Sontak orang-orang yang mengaraknya geram, mereka pun riuh kembali, lemparan tak terelakan lagi, batu-batu melayang di atas panggung, kepala desa semakin cemas akan keputusan yang nantinya iya ambil. Para arakan sontak diam setelah kepala desa mendongakan wajahnya yang merah padam ke arah arakan.
Kepala desa : katakan kalau ini paksaan orang lain untuk menyusahkanmu anak muda, mungkin hukumanku akan ringan, aku tak ingin.. belum selesai bicara Farok sudah memotongnya dengan kata lugas.
Farok               : yach… aku dipaksa.! Mendengar itu wajah kepala desa berubah cerah,, tapi Farok melanjutkan ucapannya..  aku dipaksa oleh hatiku untuk menorehkan kata-kata itu…
Kepala Desa    : dengan senyum yang dibuat-buat iya berkata dalam pasrah.. Ooouuuwww.. jadi kau tidak menyangkalnya...! wajah kepala desa geram,, bawa dia ke tiang gantungan..  panggung gonjang ganjing… orang2 riuh. Panggung gelap, bercahaya, gelap. Bercahaya terus menerus bergantian. Sementara satu lampu sorot terus mengawasi gerak-gerik Farok. Hingga akhirnya ia berdiri dengan tali gantungan di lehernya, menunggu waktu mengucapkan kata selamat tinggal.. orang-orang kembali melemparkan beberapa benda menuju sekujur tubuhnya yang berdiri menahan rasa dalam waktu yang seakan berjalan lambat. Dalam kegaduhan itu. Kepala desa angkat bicara.! Saudara-saudara panggung dan isinya hening hari ini ingatlah.! Demi nama Tuhan yang mengukir lekuk di antara hidung dan mulut kita, penghinaan atasnya sangatlah berdosa, dan penghinanya…  dalam keheningan dan dalam bisunya ruang akibat satu titah yang ingin disampaikan oleh kepala desa itu tiba-tiba Farok angkat bicara, menyela ucapan sang kepala desa..
Farok               : lisensia poitika, aku bertanya Tuhan macam apa yang kita sembah Pak….  ( panggung lebih hening dari saat hening yang terjadi sebelum-sebelumnya ) tapi Farok sedikit pun tidak menghiraukannya ia terus melanjutkan perkataanya.. lisensia poitka, aku bertanya Tuhan macam apa yang menyuruh kita menembus hutan-hutan, melukainya hingga separuh gunung kelihatan botak, Lalu ribuan percikan air mengaum deras menggusur semua peradaban.! Tuhan macam apa yang menjanjikan kesenangan bagi orang-orang yang menciptakan kerisauan pada umatnya. Tuhan macam apa yang melahirkan aku dalam buta lalu memberikan aku mata saat orang-orang yang memberikan cintanya demi kelahiranku telah tiada,, Tuhan yang memvonis mereka dengan Titah Jihad yang  samar….???? Tuhan yang mana.???  Tuhan macam apa..??? Dalam kata-kata yang disyairkan dengan suara sayu bercampur perih itu,,, Algojo telah melambaikan pedangnya pada tali yang tersimpu menuju pengait leher sang pemuda,,, dan tanpa sadar…. Sreerreeeetttt…… waktu telah memvonis Farok dengan kata mati…..  semua diam, semua sepi,,, seluruh isi panggung tersadar ketika masa telah lebih dulu berlari menuju satu kata akhir….
Kepala desa    : kita telah salah menikam sembilu pada uluh hati seorang pemuda yang penuh dengan perasaan kasih, yang kaya akan nurani untuk menyayangi….  Dengan perlahan kepala desa berjalan menuju gantungan, meraih secarik kertas yang tertulis satu puisi… LUDAH UNTUK TUHAN… para arakkan yang tadinya geram kepada sang pemuda lemah hatinya, mereka pun tersadar mereka , belum menanyakan secara mendalam tentang puisi yang ia buat… mereka tanpa sadar menggotong mayat si pemuda lalu berjalan. Dan kini bukan lagi batu yang melayang menyentuh tubuh si pemuda, tapi bunga, bunga yang berhamburan bersama rasa penyesalan mendalam.  Dalam arakan yang hening saat lampu panggung masih memberi silau,, dari luar panggung puisi LUDAH UNTUK TUHAN bergema..

demi ribuan mayat yang terapung dalam genangan abu mesiu,
demi orang-orang mati yang kini masih bernafas.
Seperti langit yang hitam menghujam bumi dengan hujan.
 INI LUDAH UNTUKMU TUHAN
Tuhan yang tumbuh dari seseorang  yang tak tahu seperti apa Tuhan
Tuhan yang lahir dari rahim manusia yang tak mengerti
Arti kata T
Arti kata U
Arti kata H
Arti kata A
Arti kata N
Tuhan yang kini jadi pujian orang yang dibenci oleh Tuhan.
Ini ludah untukmu Tuhan..!
adakah benar Tuhan mengesahkan tindakan yang dilarang oleh Tuhan
Tuhan macam apa.?
sungguh, aku melihat Tuhan tersenyum penuh kuasa kepada tuhan-tuhan 
lewat ayat-ayatnya,,, aku membaca sorot tajam kuasanya menikam dalam lemahnya para tuhan-tuhan.
Puisi pun berakhir di sertai lampu panggung yang padam,, saat lampu kembali menyala, semua orang yang berperan dalam pementasan ini keluar dan memberi salam hangat atas tepukan riuh para penonton.
puisi memiliki ketidakterbatasan dan keamatbebasan dalam pemilihan kata dan bentuk puisi yang disebut Lisensia Puitika.

SAMPAI KAPAN.?



Dari tatapku ada air mata
Kulihat menari serenade senyum pudar
Lalu jatuh membuka kuncup tabir
Tentang kisah tanpa penyair
Setidaknya sampai saat ini..!
Dan di langit
Ribuan kata Tanya terbang gentayangan
Kata tanya yang terlahir perih dari setiap mereka yang merasakan pedih
Juga mereka yang hidup dalam ribuan intuisi yang ironis
Aku dengar seseorang bertanya sambil tengadah matanya menatap nisan.
Apakah guna rekonsiliasi
Sementara yang lahirkan ngarai kubangan lara
Tak tentu dimana adanya. Tak tentu apakah maunya.

Sungguh Kehidupan macam apa yang terdikte pada kita
Kata roh seorang nenek yang menyapaku

Aku terjatuh, kakiku bersimbah darah
Sementara ibuku hilang bersama waktu
Setelah itu gelap kAK,, gelaaap..
Kemudian jasadku kutatap dari tempat yang hening
Seperti kini adanya kutatap kakak
Anak kecil itu menceritakannya padaku dalam bisikan magis

Tapi masih…
kenapa .?
tapi masih ada lagi langit merah terselubung asap putih
tapi mengapa masih ada lagi slogan-slogan damai

sungguh..
sampai kapan.?


Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik KARYA SASTRA


Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Puisi  
Sebuah karya sastra mengandung unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik. Keterikatan yang erat antarunsur tersebut dinamakan struktur pembangun karya sastra.
Unsur intrinsik ialah unsur yang secara langsung membangun cerita dari dalam karya itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang turut membangun cerita dari luar karya sastra.
Unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi, prosa, dan drama memiliki perbedaan, sesuai dengan ciri dan hakikat dari ketiga genre tersebut. Namun unsur ekstrinsik pada semua jenis karya sastra memiliki kesamaan.
Unsur intrinsik sebuah puisi terdiri dari tema, amanat, sikap atau nada, perasaan, tipografi, enjambemen, akulirik, rima, citraan, dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain: unsur biografi, unsur kesejarahan, serta unsur kemasyarakatan.

Kegiatan Belajar 2
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Prosa
Unsur pembangun prosa terdiri dari struktur dalam atau unsur intrinsik serta struktur luar atau unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik prosa terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh, latar, sudut pandang, serta bahasa yang dipergunakan pengarang untuk mengekspresikan gagasannya.
Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan. Pada cerpen yang memiliki pengisahan lebih singkat, biasanya hanya terdapat tema utama.
Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak maju (alur maju), mundur (alur mundur), atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur campuran). Pergerakan alur dijalankan oleh tokoh cerita. Tokoh yang menjadi pusat cerita dinamakan tokoh sentral. Tokoh adalah pelaku di dalam cerita. Berdasarkan peran tokoh dapat dibagi menjadi tokoh utama, tokoh bawahan, dan tokoh tambahan. Tokoh tercipta berkat adanya penokohan, yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita. Penokohan dapat dilakukan menggunakan metode (a) analitik, (b) dramatik, dan (c) kontekstual.
Tokoh cerita akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial.
Latar berkaitan erat dengan tokoh dan alur. Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita. Latar tempat terdiri dari tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, serta tempat yang hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti.
Cara kerja pengarang untuk membangun cerita bukan hanya melalui penokohan dan perwatakan, dapat pula melalui sudut pandang. Sudut pandang adalah cara pengarang untuk menetapkan siapa yang akan mengisahkan ceritanya, yang dapat dipilih dari tokoh atau dari narator. Sudut pandang melalui tokoh cerita terdiri dari (a) sudut pandang akuan, (b) sudut pandang diaan, (c) sudut pandang campuran. Dalam menuangkan cerita menggunakan medium bahasa, pengarang bebas menentukan akan menggunakan bahasa nasional, bahasa daerah, dialek, ataupun bahasa asing.
Kegiatan Belajar 3
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama
Karya sastra drama memiliki unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik yang diperlukan untuk membangun ceritanya. Unsur intrinsik drama terdiri dari tema, plot, tokoh, dialog, karakter, serta latar.
Drama yang merupakan ciptaan kreatif pengarang harus memiliki tema yang kuat, agar tercipta sebuah cerita yang tak lekang oleh waktu. Tanpa adanya konflik, cerita drama akan terasa datar. Konflik terdapat di dalam plot, yang terjadi karena adanya ketegangan antartokoh.
Tokoh drama terbagi menurut peran dan fungsinya dalam lakon. Menurut perannya tokoh terdiri dari tokoh utama, tokoh bawahan, serta tokoh tambahan. Di dalam drama fungsi tokoh sangat penting, yaitu sebagai tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis.
Cakapan merupakan ciri utama drama yang mungkin berupa dialog namun dapat pula berbentuk monolog. Selain itu, ada pula karakter dan latar yang saling berhubungan erat. Latar dalam drama sangat mempengaruhi karakter tokoh.

Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Ciri-ciri Puisi
Puisi ialah perasaan penyair yang diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat, serta mengandung rima dan irama. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang dipergunakan serta dari wujud puisi tersebut. Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan, sedangkan wujud puisi terdiri dari bentuknya yang berbait, letak yang tertata ke bawah, dan tidak mementingkan ejaan. Untuk memahami puisi dapat juga dilakukan dengan membedakannya dari bentuk prosa.

Kegiatan Belajar 2
Jenis-jenis Puisi
Berdasarkan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern.
Puisi lama adalah puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda, sehingga belum tampak adanya pengaruh dari kebudayaan barat. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan tertentu. Puisi lama terdiri dari mantra, bidal, pantun dan karmina, talibun, seloka, gurindam, dan syair.
Puisi baru adalah puisi yang muncul pada masa penjajahan Belanda, sehingga pada puisi baru tampak adanya pengaruh dari kebudayaan Eropa. Penetapan jenis puisi baru berdasarkan pada jumlah larik yang terdapat dalam setiap bait. Jenis puisi baru dibagi menjadi distichon, terzina, quatrain, quint, sextet, septima, stanza atau oktaf, serta soneta.
Puisi modern adalah puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa penjajahan Belanda. Berdasarkan cara pengungkapannya, puisi modern dapat dibagi menjadi puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik.

Kegiatan Belajar 3
Analisis Unsur-unsur Intrinsik Puisi
Untuk memahami makna sebuah puisi dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, misalnya dengan mengkaji gaya bahasa dan bentuk puisi. Gaya bahasa yang dipergunakan penyair mencakup (1) Gaya bunyi yang meliputi: asonansi, aliterasi, persajakan, efoni, dan kakofoni. (2) Gaya kata yang membahas tentang pengulangan kata dan diksi. (3) Gaya kalimat yang berisi gaya implisit dan gaya retorika. (4) Larik, dan (5) bahasa kiasan.
Memahami puisi melalui bentuknya dapat dilakukan dengan menelaah tipografi, tanda baca, serta enjambemen. Untuk mempermudah dan memperjelas penganalisisan puisi, di depan setiap larik berilah bernomor urut. Apabila puisi yang hendak dianalisis tersebut memiliki beberapa bait, dapat pula diberi bernomor pada setiap baitnya.

Kegiatan Belajar 4
Penafsiran Puisi
Agar dapat memahami isi puisi diawali dengan menelaah atau melakukan kajian terhadap gaya maupun bentuk puisi yang bersama-sama membentuk suatu keutuhan isi puisi.
Perhatikan jika terdapat hal-hal yang menarik perhatian, misalnya judul serta kekerapan kata. Banyaknya kata yang berulang dapat menggiring pembaca dalam memahami tema. Jika terdapat bait yang mengandung sedikit lirik, biasanya di sanalah tertuang tema puisi. Seperti halnya pada judul yang juga dapat membayangkan tema. Tetapi ingat, judul belum tentu sama dengan tema.
Mengetahui tema serta akulirik merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam upaya memahami puisi.



MODUL 6: PROSA
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Ciri Prosa Fiksi
Prosa fiksi sebagai cerita rekaan bukan berarti prosa fiksi adalah lamunan kosong seorang pengarang. Prosa fiksi adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan perasaan. Fiksi dapat dibedakan atas fiksi yang realitas dan fiksi yang aktualitas. Fiksi realitas mengatakan: “seandainya semua fakta, maka beginilah yang akan terjadi. Jadi, fiksi realitas adalah hal-hal yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi. Penulis fiksi membuat para tokoh imaginatif dalam karyanya itu menjadi hidup. Fiksi aktualitas mengatakan “karena semua fakta maka beginilah yang akan terjadi”. Jadi, aktualitas artinya hal-hal yang benar-benar terjadi. Contoh: roman sejarah, kisah perjalanan, biografi, otobiografi.
Prosa selalu bersumber dari lingkungan kehidupan yang dialami, disaksikan, didengar, dan dibaca oleh pengarang. Adapun ciri-ciri prosa fiksi adalah bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan dan menambah pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif. Prosa fiksi dapat menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian dalam kehidupan. Maknanya dapat berarti ambigu. Prosa fiksi melukiskan realita imajinatif karena imajinasi selalu terikat pada realitas, sedangkan realitas tak mungkin lepas dari imajinasi. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif. Selanjutnya prosa fiksi mengajak kita untuk berkontemplasi karena sastra menyodorkan interpretasi pribadi yang berhubungan dengan imajinasi.

Kegiatan Belajar 2
Jenis-jenis Prosa
Berdasarkan pembagian sejarah sastra Indonesia, dikenal 2 macam sastra, yaitu sastra klasik dan sastra modern.
Sastra modern termasuk di dalamnya prosa baru yang mencakup roman, novel, novel populer, cerpen. Selanjutnya sastra klasik termasuk di dalamnya yaitu prosa lama yang mencakup cerita rakyat, dongeng, fabel, epos, legenda, mite, cerita jenaka, cerita pelipur lara, sage, hikayat, dan silsilah.
Roman adalah salah satu jenis karya sastra ragam prosa. Pengertian roman pada mulanya ialah cerita yang ditulis dalam bahasa Romana. Dalam perkembangannya kemudian, roman berupa cerita yang mengisahkan peristiwa/pengalaman lahir/batin sejumlah tokoh pada satu masa tertentu. Hal ini terjadi pada akhir abad ke-17. Perkembangan roman mencapai puncaknya pada abad ke-18. Pada abad ke-19 muncullah penulis-penulis roman yang termasyhur, seperti Honore de Balzac, Gustave Flaubert, Emile Zola, Charles Dickens, Leo Tolstoy, F. Dostojevski. Penulis-penulis roman ini kemudian disusul oleh rekan-rekannya yang mewakili abad ke-20, seperti Proust, Joyce, Kafka, dan Faulkner.
Bentuk yang hampir sama dengan roman adalah novel. Bagi pembaca awam, kedua bentuk ini sulit dibedakan. Pada dasarnya novel maupun roman menceritakan hal luar biasa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehingga jalan hidup tokoh cerita yang ditampilkan dapat berubah.
Novel dapat dibedakan menjadi novel kedaerahan, novel psikologi, novel sosial, novel gotik, dan novel sejarah, serta novel populer.
Cerita jenis lain yang memiliki ciri utama sepertri novel adalah cerpen. Bedanya dengan novel, cerpen penceritaannya lebih ringkas, masalahnya lebih padu dan plotnya tunggal dan terfokus ke akhir cerita. Sebuah cerita yang panjang yang berjumlah ratusan halaman, jelas tidak dapat disebut dengan cerpen.

Kegiatan Belajar 3
Unsur Intrinsik Prosa
Unsur intrinsik prosa terdiri atas alur, tema, tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut pandang, gaya, pembayangan, dan amanat. Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi, bahwa pada umumnya alur cerita rekaan terdiri atas
1. alur buka, yaitu situasi terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya;2. alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak ke arah kondisi yang memulai memuncak;3. Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa ; dan4. alur tutup

Dengan kata lain, alur cerita meliputi paparan, konflik, klimaks dan penyelesaian. Kedelapan unsur tersebut saling mengisi dalam sebuah prosa. Tema, misalnya menjadi sentral yang mengilhami cerita. Begitu juga dengan penokohan yang meramu watak tokohnya menjadi penyampai pesan yang diinginkan pengarang, baik yang jahat maupun yang baik. Agar penokohan ini tampak lebih hidup, ditopang dengan latar/setting cerita, gaya, pembayangan dan amanat.

filter: alpha(opacity=100); -moz-opacity: 1.0; opacity: 0.6; -khtml-opacity: 0.0; - See more at: http://langkah2membuatblog.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-background-blog-sendiri.html#sthash.1OO2GH7H.dpuf