Rebah di rumputan
membayangkan busung lapar yang menari diatas perut anak
Sedang dihamparan
mata, tikus dan babi hutan diam-diam berebut muka
tampil depan media sebagai
dalangnya.
Bayang-bayang dua
balita tambah satu lansia
Menghasilkan pekat
kata-kata..
kamus besar bahasa mesti diperbaharui
Sebab akronim kata
tuduh-menuduh bertambah ribu
Belum terhitung hujatan
serta makian yang mengekor.
Orang pintar yang
berteriak indonesia bebas busung lapar dan gizi buruk sepulangnya bapak
presiden dari papua
mesti menjilat kata-kata itu,
menyimpanya tepat dibawah
lidah untuk kembali mengeluarkannya lagi.
bayang-bayang kecil
175 jiwa
menciptakan paragraf yang laku dikoran dan media sosial
melahirkan
kata-kata saling melempar tanggung jawab bagai muda-mudi romantis dengan segala
cara mencipta kata menjadi pantun demi memikat satu dan yang lainnya..
175 jiwa duduk terpekur
membayangkan bulan juli yang indah
Diatas tanah hampir
jadi tambang.
malam dingin bulan
juli menjelma tongkat sihir setelah beberapa lamanya menjadi cambuk.
lalu abrakadabra...
bulan juli yang
indah munculkan kaleng-kaleng sarden dan bungkusan sarimi
dari mayat dua
bocah satu lansia.
dan bayang-bayang
mereka yang indah itu menjelma sekarung kata-kata
para pejabat serta
calon pesuruh parpol.
ternyata membayangkan lebih cerewet dari menceritakan
ternyata membayangkan lebih cerewet dari menceritakan
(
Farid Latif)