KUPANGGIL NAMAMU
Sambil menyebrangi sepi kupanggil
namamu, wanitaku.
Apakah kau tak mendengarku?
Malam yang berkeluh kesah memeluk
jiwaku
yang payah yang resah kerna
memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.
Sia-sia kucari pancaran sinar
matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu yang
kini sudah kulupa
Sia-sia.Tak ada yang bisa kujangkau.
Sempurnalah kesepianku.
Angin pemberontakan menyerang langit
dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala muncul
dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.
Berulang kali kupanggil namamu Di
manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa
silamku?
Kupanggil namamu.Kupanggil namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.Dan
Tuhan?Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memedulikan hal yang besar
saja.
Seribu jari dari masa silam menuding
kepadaku.
Tidak.Aku tidak bisa kembali.
Sambil terus memanggili namamu
amarah pemberontakanku yang suci bangkit
dengan perkasa malam ini dan menghamburkan diri ke cakrawala yang sebagai gadis
telanjang membukakan diri padaku.Penuh. Dan perawan.
Keheningan sesudah itu sebagai telaga
besar yang beku dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka dicakar masa silamku.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka dicakar masa silamku.
Hidupku dan hidupmu tidak berubah
karenanya.
Masing-masing punya cakrawala berbeda.
Masing-masing punya teka-teki sendiri yang berulang kali mengganyangnya.
Masing-masing punya cakrawala berbeda.
Masing-masing punya teka-teki sendiri yang berulang kali mengganyangnya.
Blues untuk
Bonnie- WS Rendra
NYANYIAN DUNIAWI
Ketika bulan tidur di kasur tua gadis
itu kucumbu di kebun mangga.
Hatinya liar dan birahi lapar dahaga ia injak dengan kakinya.
Di dalam kemelaratan kami berjamahan.
Di dalam remang-remang dan bayang-bayang menderu gairah pemebrontakan kami.
Dan gelaknya yang angkuh membuat hatiku gembira.
Di dalam bayangan pohon-pohon tubuhnya bercahaya bagaikan kijang kencana.
Susunya belum selesai tumbuh bagai buah setengah matang.
Bau tubuhnya murni bagaikan bau rumputan.
Kudekap ia bagai kudekap hidup dan matiku.
Dan nafasnya yang cepat ia bisikkan ke telingaku.
Betapa ia kagum pada bianglala yang muncul dari mata terpejam.
Maka para leluhur yang purba muncul dari pusat kegelapan
datang mendekat dengan pakaian compang-camping dan mereka berjongkok menonton kami.
Hatinya liar dan birahi lapar dahaga ia injak dengan kakinya.
Di dalam kemelaratan kami berjamahan.
Di dalam remang-remang dan bayang-bayang menderu gairah pemebrontakan kami.
Dan gelaknya yang angkuh membuat hatiku gembira.
Di dalam bayangan pohon-pohon tubuhnya bercahaya bagaikan kijang kencana.
Susunya belum selesai tumbuh bagai buah setengah matang.
Bau tubuhnya murni bagaikan bau rumputan.
Kudekap ia bagai kudekap hidup dan matiku.
Dan nafasnya yang cepat ia bisikkan ke telingaku.
Betapa ia kagum pada bianglala yang muncul dari mata terpejam.
Maka para leluhur yang purba muncul dari pusat kegelapan
datang mendekat dengan pakaian compang-camping dan mereka berjongkok menonton kami.
NYANYIAN SUTO UNTUK FATIMA
Dua puluh tiga matahari bangkit dari
pundakmu.
Tubuhmu menguapkan bau tanah dan menyalalah sukmaku.
Langit bagai kain tetoron yang biru terbentang berkilat dan berkilauan menantang jendela kalbu yang berduka cita
Rohku dan rohmu bagaikan proton dan elektron bergolakbergolakdi bawah dua puluh tiga matahari.
Dua puluh tiga mataharimembakar dukacitaku.
Tubuhmu menguapkan bau tanah dan menyalalah sukmaku.
Langit bagai kain tetoron yang biru terbentang berkilat dan berkilauan menantang jendela kalbu yang berduka cita
Rohku dan rohmu bagaikan proton dan elektron bergolakbergolakdi bawah dua puluh tiga matahari.
Dua puluh tiga mataharimembakar dukacitaku.
NYANYIAN FATIMA UNTUK SUTO
Kelambu ranjangku tersingkap di
bantal berenda tergolek nasibku.
Apabila firmanmu terucap masuklah kalbuku ke dalam kalbumu.
Sedu sedan mengetuk tingkapku dari bumi di bawah rumpun mawar.
Waktu lahir kau telanjang dan tak tahu tapi hidup bukanlah tawar menawar.
Apabila firmanmu terucap masuklah kalbuku ke dalam kalbumu.
Sedu sedan mengetuk tingkapku dari bumi di bawah rumpun mawar.
Waktu lahir kau telanjang dan tak tahu tapi hidup bukanlah tawar menawar.
BLUES UNTUK BONNIE
Kota Bostron lusuh dan layu kerna
angin santer, udara jelek,dan malam larut yang celaka.
Di dalam café itu seorang penyanyi Negro tua bergitar dan bernyanyi.
Hampir-hampir tanpa penonton.
Cuma tujuh pasang laki dan wanita berdusta dan bercintaan di dalam gelap mengepulkan asap rokok kelabu, seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.Ia bernyanyi.Suaranya dalam.Lagu dan kata ia kawinkanLagu beranak seratus makna.
Georgia.
Georgia yang jauh. Di sana gubug-gubug kaum Negro.Atap-atap yang bocor.
Cacing tanah dan pellagra Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.
Orang-orang berhenti bicara.Dalam café tak ada suara.
Kecuali angin menggetarkan kaca jendela.
Georgia. Dengan mata terpejam si Negro menegur sepi.
Dan sepi menjawab dengan sebuah tendangan jitu tepat di perutnya.
Maka dalam blingsatan ia bertingkah bagai gorilla.
Gorilla tua yang bongkok meraung-raung. Sembari jari-jari galak di gitarnyamencakar dan mencakarmenggaruki rasa gatal di sukmanya.
Georgia.Tak ada lagi tamu baru.Udara di luar jekut.
Anginnya tambah santer.
Dan di hotel`menunggu ranjang yang dingin.
Di dalam café itu seorang penyanyi Negro tua bergitar dan bernyanyi.
Hampir-hampir tanpa penonton.
Cuma tujuh pasang laki dan wanita berdusta dan bercintaan di dalam gelap mengepulkan asap rokok kelabu, seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.Ia bernyanyi.Suaranya dalam.Lagu dan kata ia kawinkanLagu beranak seratus makna.
Georgia.
Georgia yang jauh. Di sana gubug-gubug kaum Negro.Atap-atap yang bocor.
Cacing tanah dan pellagra Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.
Orang-orang berhenti bicara.Dalam café tak ada suara.
Kecuali angin menggetarkan kaca jendela.
Georgia. Dengan mata terpejam si Negro menegur sepi.
Dan sepi menjawab dengan sebuah tendangan jitu tepat di perutnya.
Maka dalam blingsatan ia bertingkah bagai gorilla.
Gorilla tua yang bongkok meraung-raung. Sembari jari-jari galak di gitarnyamencakar dan mencakarmenggaruki rasa gatal di sukmanya.
Georgia.Tak ada lagi tamu baru.Udara di luar jekut.
Anginnya tambah santer.
Dan di hotel`menunggu ranjang yang dingin.
Serentak dilihat muka majikan café
jadi kecutlantaran malam yang bangkrutNegro itu menengadah.Lehernya tegang.Matanya
kering dan merahmenatap ke surga.Dan surga.melemparkan sebuah jalayang
menyergap tubuhnyaBagai ikan hitamia menggelepar dalam jalaJumpalitandan
sia-sia.Marahterhinadan sia-sia.Angin bertalu-talu di alun-alun
Boston.Bersuit-suit di menara gereja-gereja.Sehingga malam koyak moyak.Si Negro
menghentakkan kakinyaMenyanyikan kutuk dan serapah.Giginya putih
berkilatanmeringis dalam dendam.Bagai batu lumutanwajahnya kotor, basah dan
tuaMaka waktu bagaikan air bahmelanda sukmanya yang lelah.Sedang di tengah-tengah
itu semuaia rasakan sentakan yang hebatpada kakinya.Kagethampir-hampir tak
percayaia merasaencok yang pertamamenyerang lututnya.Menuruti adat
pertunjukandengan kalem ia menahan kaget.Pelan-pelan duduk di kursiSeperti guci
retakdi toko tukang loak.Baru setelah menarik napas panjangia kembali
bernyanyi.
Georgia.Georgia yang jauh
disebut dalam nyanyinya.Istrinya masih di sanasetia tapi meranaAnak-anak Negro
bermain di selokantak krasan sekolah.Yang tua-tua jadi pemabuk dan
pembualbanyak hutangnya.Dan di hari Minggumereka pergi ke gereja yang khusus
untuk NegroDi sana bernyanyiterpesona pada harapan akheratkerna di dunia mereka
tak berdaya.Georgia.Lumpur yang lekat di sepatu.Gubug-gubug yang kurang
jendela.Duka dan duniasama-sama telah tuaSorga dan nerakakeduanya usang
pula.Dan Georgia?Ya, TuhanSetelah begitu jauh melarikan diri,masih juga Georgia
menguntitnya
Blues untuk
Bonnie- WS Rendra
RICK DARI CORONA
(Di Queenz Plazadi stasion trem
bawah tanahada tulisan di satu temboknya:“Rick dari Corona telah di sini.Di
mana engkau, Betsy?”)Ya.Rick dari Corona telah di sini.Di mana engkau, Betsy?-
Akulah BetsyIni aku di sini.Betsy Wong dari Jamaica.Kakek buyutku dari
Hongkong.Suamiku penjaga elevatorPedro Gonzales dari Puertoricosuka mabuk dan
suka berdusta.Kalau ingin ketemu, telepon saja aku.Pagi hari aku kerja di
pabrik rotiSelasa dan Kamis soreaku miliknya Mickey Ragolskysi kakek
Polandiayang membayar sewa kamarku.Cobalah telpon hari Rabu.Jangan kuatirkan
suamiku.Ia akan pura-pura tak tahu.O, ya, sebelum lupa:dua puluh dollar
ongkosnya.Betsyku bersih dan putih sekalilunak dan halus bagaikan karet
busa.Rambutnya mewah tergeraibagai berkas benang-benang rayon warna emas.Dan
kakinya sempurna.Singsat dan licinbagaikan ikan salmon(Rick dari Coronadi perut
kota New Yorkmemandang kanan kirisambil minum jeruk soda)Betsy.Di mana engkau,
Betsy?- Ini, Betsy Hudson di sini.
aku merindukan alam hijautapi benci
agraria.Aku percaya pada dongeng aneka ragamAku percaya pada benua Atlantis.Dan
juga percaya bahwa hidup di bulanlebih baik dari hidup di bumi.Pada politik aku
tak percaya.Namaku Betsy.Memang.Tapi kita tak mungkin ketemuSiang hari aku
kerja jadi akuntan.Malam hari aku suka nulis buku harian.Untuk merias
dirimemelihara rambut dan kukutelah pula memakan waktu.Namaku Betsy.CantikAku
suka telanjang di depan kaca.Aku benci lelaki.(Dengan mobil sport dari
InggrisRick dari Coronamengitari kota New Yorkberkacamata hitam
sekali.Melanggar aturan lalu lintasia disetop polisisambil masih mimpi siang
hari)Betsy gemerlapan bagai lampu-lampu Broadway.Betsy terbang dengan indah.Bau
minyak wanginya menidurkan New YorkDan selalu sesudah ituaku
diselimutinyadengan selimut katunyang ditenunnya sendiriBetsy, di mana engkau,
Betsy.- Di sini, bodoh!Kau selalu tak mendengarkan aku, Ricky!Kau selalu
menciptakan kekusutan.Sepatu tak pernah kauletakkan pada raknya.Selalu kau
pakai dasi yang kacau warnanya.Berapa kali pula kau kuperingatkankalau tidur
jangan mendengkur.Itu barbar.Dan Ricky!Kau harus belajar makan sup yang lebih
sopan!
Hallo. Hallo.Di sini Rick dari
Corona.Dan Betsy juga di sini…Hallo, Dokter.Kami harus disuntik sekarang
juga.Kami kena rajasinga.
PESAN PENCOPET PADA PACARNYA
Sitti,kini aku makin ngerti
keadaanmu.Tak’kan lagi aku membujukmuuntuk nikah padakudan lari dari lelaki yang
melamarmu.(Lelawa terbang berkejarantandanya hari jadi sore.Aku berjanjidi
kamar manditubuhku yang elok bersih kucuci.O, abang, kekasihkukutunggu kau di
tikunganberbaju rendaberkain biru).Nasibmu sudah lumayan.Dari babu jadi selir
kepala jawatan.Apalagi?Nikah padaku merusak keberuntungan.masa depanku terang
repot.Sebagai copet nasibku untung-untungan.Ini bukan ngesah.Tapi aku memang
bukan bapak yang baikuntuk bayi yang lagi kaukandung.(Lelawa terbang
berkejarantandanya hari jadi sore.mentari nggeloyor muntah di lautmabuk napas
orang Jakarta.O, angin.O, abang.Sarapku sudah gemetarmenanti lidahmu‘njilati
tubuhku)Cintamu padaku tak pernah kusangsikan.tapi cinta Cuma nomor dua.nomor
satu carilah keselamatan.Hati kita mesti iklasberjuang untuk masa depan anakmu.Janganlah
tangguh-tangguh menipu lelakimu.Kuraslah hartanya.Supaya hidupmu nanti
sentosa.Sebagai kepala jawatan lelaki normalsuka disogok dan suka korupsi.
Bila ia ganti kautipuitu
sudah jamaknya.Maling menipu maling itu biasa.Lagipuladi masyarakat maling
kehormatan cuma gincu.Yang utama kelicinan.nomor dua keberanian.Nomor tiga
Keuletan.Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta.Inilah ilmu hidup
masyarakat maling.Jadi janganlah ragu-ragu.Rakyat kecil tak bisa ngalah
melulu.(Lelawa terbang berkejarantandanya hari jadi soreHari ini kamu mesti
kulewatkankerna lelakiku telah tiba.Malam inibadut yang tolol bakal main
acrobatdi dalam ranjangku).Usahakan selalu menanjak kedudukanmu.Usahakan kenal
satu mentridan usahakan jadi selirnya.Sambil jadi selir mentritetaplah jadi
selir lelaki yang lama.Kalau ia menolak kaurangkapsebagaimana ia telah
merangkapmu dengan istrinyaitu berarti ia tak tahu diri.Lalu depak saja
dia.Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikanasal kau bernafsu dan susumu
tetap baik bentuknyaIni selalu akan menarik seorang mentriNgomongmu ngawur tak
jadi apaasal bersemangat, tegas dan penuh keyakinan.Kerna begitulah cermin
seorang mentri.(Lelawa terbang berkejarantandanya hari jadi sore.kenanganku
melayang ke saat itudi tengah asyik nonton pawaikau meremas pantatkudemikianlah
kita lalu berkenalanialah setelah kutendang kakimu.Dan sekarang setiap
sorebagaikan pisang yang ranumaku rindu tanganmuuntuk mengupasku)
Akhirnya aku berharap untuk anakmu
nanti.Siang malam jagalah ia.Kemungkinan besar ia lelaki.Ajarlah berkelahidan
jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang.Jangan boleh menilai orang dari
wataknya.Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan.kawan bisa baik
sementaraSedang lawan selamanya jahat nilainya.ia harus diganyang sampai
sirna.Inilah hakekat ilmu selamat.Ajarlah anakmu mencapai kedudukan
tinggi.Jangan boleh ia nanti jadi professor atau guru.Itu celaka, uangnya tak
ada.Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentarasuapaya tak usah beli
beraskerna dapat dari Negara.Dan dengan pakaian seragamdinas atau tak
dinashaknya selalu utama.Bila ia nanti fasih merayu seperti kamudan wataknya
licik seperti saya – nah!ini kombinasi sempurna.Artinya ia berbakat masuk
politik.Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen.Atau bahkan jadi
mentri.Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta(Lelawa terbang
berkejarantandanya hari jadi sore.Oplet-oplet memasang
lampu.Perempuan-perempuan memasang gincuDan, abang, pesankan padakudi mana kita
bakal ketemu)
Orang-orang tetap tidak
beranjak.Wajah mereka basah.Rambut mereka basah.Seluruh tubuh mereka
basah.Keringat berkucuran di lantaikerna udara yang panasdan kesengsaraan
mereka yang tegang.Bau busuk luar biasa.Dan pertanyaan-pertanyaan mereka pun
berbau busuk juga.“Saudara-saudaraku, para anak bapak disorga.Inilah
khotbahku.Ialah khotbahku yang pertama.Hidup memang berat.Gelap dan
beratkesengsaraan banyak jumlahnya.Maka dalam hal inikebijaksanaan hidup adalah
ra-ra-ra.Ra-ra-ra, hum-pa-pa, ra-ra-ra.Tengoklah kebijaksanaan kadalmahluk
Tuhan yang juga dicintaiNya.Meniaraplah ke bumi.Kerna, lihatlah:Sukmaku
terjepit di antara batu-batu.Hijau.Lumutan.Sebagai kadal ra-ra-ra.sebagai
ketonggeng hum-pa-pa.”Orang-orang serentak bersuara:Ra-ra-ra. Hum-pa-pa.Dengan
gemuruh bersuara seluruh isi gereja.Ra-ra-ra. Hum-pa-pa.“Kepada kaum lelaki
yang suka senapanyang memasang panji-panji kebenaran di mata bayonetnyaaku
minta dicamkanbahwa lu-lu-lu, la-li-lo-lu.Angkatlah hidungmu tinggi-tinggiagar
tak kau lihat siapa kaupijak.Kerna begitulah li-li-li, la-li-lo-lu.Bersihkan
darah dari tanganmuagar aku tak gemetarlalu kita bisa duduk minum tehsambil
ngomong tentang derita masyarakatatau hakekat hidup dan mati.Hidup penuh
sengsara dan dosa.Hidup adalah tipu muslihat.La-la-la. la-li-lo-lu.
Jadi marilah kita tembak
matahari.Kita bidik setepat-tepatnya.”Dengan gembira orang-orang menyambut
bersama:La-la-la. la-li-lo-lu.Mereka berdiri. Menghentakkan kaki ke
lantai.Berderap serentak dan seirama.Suara mereka bersatu:La-la-la., li-li-li,
la-li-lo-lu.Hanyut dalam persatuan yang kuatmereka berteriak bersamapersis dan
seirama:La-la-la, li-li-li, la-li-lo-lu.“Maka kini kita telah hidup
kembali.Darah terasa mengalir dengan derasnya.Di kepala. Dan di bagian tubuh
lainnya.Lihatlah. oleh hidup jari-jariku gemetar.Darah itu bong-bong-bongDarah
hidup bang-bing-bong.Darah hidup bersama bang-bing-bongHidup
beramai-ramai.Darah bergaul dengan darah.Bong-bong-bong. Ban-bing-bong.”Orang-orang
meledakkan gairah hidupnya.Mereka berdiri di atas bangku-bangku
gereja.Berderap-derap dengan kaki mereka.genta-genta, orgel, daun-daun pintu,
kaca-kaca jendela,semua dipalu dan dibunyikan.Dalam satu iraman.Diiringi sorak
gembira:Bong-bong-bong. Bang-bing-bongCinta harus kita muliakan.Cinta di
belukar.Cinta di toko Arab.Cinta di belakang halaman gereja.Cinta itu persatuan
dalam tra-la-laTra-la-la. La-la-la. Tra-la-la.Sebagai rumputankita harus
berkembang biakdalam persatuan dan cinta.Marilah kita melumatkan diri.Marilah
kita bernaung di bawah rumputan.Sebagaimana pedoman kita:“Tral-la-la. La-la-la.
Tra-la-la.”Seluruh isi gereja gemuruh.
Mereka mulai menari.
Mengikuti satu irama.Mereka saling menggosok-gosokkan tubuh mereka.Lelaki
dengan wanita. Lelaki dengan lelaki.Wanita dengan wanita. Saling
menggosok-gosokkan tubuhnya.Dan ada juga yang menggosok-gosokkan tubuhnya ke
tembok gereja.Dan dengan suara menggigil yang ganjilmereka melengking dengan
serempak.Tra-la-la. La-la-la. Tra-la-la.“Melewati Nabi Musa yang keramatTuhan
telah berkata:Jangan engkau mencuri.Pegawai kecil jangan mencuri tulang-tulang
ayam goreng.Para pembesar jangan mencuri bensin.Dan gadis jangan mencuri
perawannya sendiriTentu, bahwa mencuri dan mencuri ada bedanya.Artinya:
Cha-cha-cha, cha-cha-cha.Semua barang dari Tuhan.Harus dibagi bersama.Semua
milik semua.Semua untuk semua.Kita harus bersatu. Kita untuk kita.Cha-cha-cha,
cha-cha-cha.Inilah pedomannya.”Sebagai binatang orang-orang bersorak:Grrr-grrr-hura.
Hura.Cha-cha-cha. Cha-cha-cha.Mereka copoti daun-daun jendela.Mereka ambil
semua isi gerejaCandelabra-candelabra. Tirai-tirai.
Permadani-permadani.Barang-barang perak. Dan patung-patung berhiaskan
permata.Cha-cha-cha, begitu nyanyi merekaCha-cha-cha, berulang-ulang
diserukan.Seluruh gereja rontok.Cha-cha-cha.Binatang-binatang yang basah
berkeringat dan deras napasnyaberlarian kian ke mari.Cha-cha-cha.
Cha-cha-cha.Lalu tiba-tiba terdengar lengking jerit perempuan tua“Aku lapar.
Lapaar. Lapaaar.”Tiba-tiba semua juga merasa laparMata mereka menyala.Dan
mereka tetap bersuara cha-cha-cha.Sebab sudah mulai laparmarilah kita
bubaran.Ayo, bubar. Semua berhenti.”
BERSATULAH PELACUR-PELACUR KOTA JAKARTA
Pelacur-pelacur kota Jakartadari
kelas tinggi dan kelas rendahtelah diganyangtelah diharu-biru.Mereka
kecutkederterhina dan tersipu-sipu.Sesalkan mana yang mesti kausesalkan.Tapi
jangan kau kelewat putus asa.Dan kaurelakan dirimu dibikin korban.Wahai,
pelacur-pelacur kota JakartaSekarang bangkitlah.Sanggul kembali rambutmuKerna
setelah menyesaldatanglah kini giliranmubukan untuk membela diri melulutapi
untuk melancarkan serangan.Kerna:Sesalkan mana yang mesti kausesalkantapi
jangan kau rela dibikin korban.Sarinah.katakan pada merekabagaimana kau
dipanggil ke kantor mentribagaimana ia bicara panjang lebar kepadamutentang
perjuangan nusa bangsadan tiba-tiba tanpa ujung pangkalia sebut kau inspirasi
revolusisambil ia buka kutangmu.Dan kau, DasimaKabarkan pada rakyatbagaimana
para pemimpin revolusisecara bergiliran memelukmubicara tentang kemakmuran
rakyat dan api revolusisambil celana basahdan tubuhnya lemasterkapai di
sampingmuOtotnya keburu tak berdaya.Politisi dan pegawai tinggiadalah caluk
yang rapi.Konggres-konggres dan konperensitak pernah berjalan tanpa kalian.
Kalian tak pernah bias bilang
“tidak”lantaran kelaparan yang menakutkankemiskinan yang mengekangdan telah
lama sia-sia cari kerja.Ijasah sekolah tanpa guna.Para kepala jawatanakan
membuka kesempatankalau kau membuka paha.Sedang di luar
pemerintahanperusahan-perusahaan macetlapangan kerja tak ada….Revolusi para
pemimpindalah revolusi dewa-dewa.Mereka berjuang untuk surgadan tidak untuk
bumi.Revolusi dewa-dewatak pernah menghasilkanlebih banyak lapangan kerjabagi
rakyatnya.Kalian adalah sebagian pengangguryang mereka ciptakan.Namunsesalkan
mana yang mesti kausesalkantapi jangan kau klewat putus asadan kau rela dibikin
korban.Pelacur-pelacur kota Jakarta.berhentilah tersipu-sipu.ketika kubaca di
Koranbagaimana badut-badut mengganyang kalianmenuduh kalian sumber bencana
Negaraaku jadi murkaKalian adalah temanku.Ini tak bias
dibiarkan.Astaga.Mulut-mulut badut.Mulut-mulut yang latahBahkan sex mereka
perpolitikan.Saudari-saudariku.Membubarkan kaliantidak semudah membubarkan
partai politik.Mereka harus beri kalian kerja.Mereka harus pulihkan derajat
kalian.Mereka harus ikut memikul kesalahan.Saudari-saudariku.
Bersatulah.Ambillah galah.Kibarkan kutang-kutangmu di ujungnya.
Araklah keliling kotasebagai
panji-panji yang telah mereka nodaiKini giliranmu menuntut.Katakanlah pada
mereka;menganjurkan mengganyang pelacurantanpa menganjurkanmengawini para bekas
pelacuradalah omong kosong.Pelacur-pelacur kota Jakarta.Saudari-saudariku.Jangan
melulu keder pada lelakiDengan mudahkalian bisa telanjangi kaum palsu.naikkan
taripmu dua kalidan mereka akan kelabakan.Mogoklah satu bulandan mereka akan
puyenglalu mereka akan berjinadengan istri saudaranya
Blues untuk Bonnie-
WS Rendra
KESAKSIAN TAHUN 1967
Dunia yang akan kita bina adalah
dunia bajakaca dan tambang-tambang yang menderu.Bumi bakal tidak lagi
perawan,tergarap dan terbukasebagai lonte yang merdeka.Mimpi yang kita kejar,
mimpi platina berkilatan.Dunia yang kita injak, dunia kemelaratan.Keadaan yang
menyekap kita, rahang serigala yang menganga.Nasib kita melayang seperti
awan.Menantang dan menertawakan kita,menjadi kabut dalam tidur malam,menjadi
surya dalam kerja siangnya.Kita akan mati dalam teka-teki nasib inidengan
tangan-tangan yang angkuh dan terkepalTangan-tangan yang memberontak dan
bekerja.Tangan-tangan yang mengoyak sampul keramatdan membuka lipatan surat
suciyang tulisannya ruwet tak bisa dibaca
Blues untuk
Bonnie- WS Rendra
PEMANDANGAN SENJAKALA
Senja yang basah meredakan hutan
yang terbakar.Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua.Bau
mesiu di udara. Bau mayat. Bau kotoran kuda.Sekelompok anjing liarmemakan
beratustibu tubuh manusiayang mati dan yang setengah mati.Dan di antara
kayu-kayu hutan yang hangusgenangan darah menjadi satu danau.Luas dan tenang.
Agak jingga merahnya.Dua puluh malaekat turun dari sorgamensucikan yang sedang
sekarattapi di bumi mereka disergap kelelawar-kelelawar raksasayang selalu
memperkosa mereka.Angin yang sejuk bertiup sepoi-sepoi basahmenggerakkan rambut
mayat-mayatmembuat lingkaran-lingkaran di permukaan danau darahdan
menggairahkan syahwat para malaekat dan kelelawar.Ya, saudara-saudaraku,aku
tahu inilah pemandangan yang memuaskan hatimukerna begitu asyik kau telah
menciptakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar