oleh Farok Imperium Cordova pada 16 Desember 2012 pukul 14:39 ·
Jumat
jam 3:45 wit Tanggal 14 desember 2012, terbangun dari tidur karena
tangisan bayi, saya langsung beranjak dari tempat tidur menuju ruang
depan rumah keluarga bapak Hasyim Talla, seorang pegawai negeri sipil
merangkap mahasiswa program ekstention universitas negeri di maluku yang
dengan hati suci menerima saya untuk tinggal selama beberapa bulan
Kuliah Kerja Nyata (KKN.) di desa Seith kecamatan Leihitu, kabupaten
Maluku tengah, Provinsi maluku.
Malam itu di pintu rumah sudah ada semua anggota keluarga kecuali saya yang terlambat mengetahui keberadaan bayi kecil mungil di depan pintu rumah. Sempat di buat heran saya pun berusaha berdiri lebih dekat melihat wajah lugu itu bertingkah dalam malam dan dalam gigil.
'Aku dapat Anak' kata Pak Acim (pagilan akrab pak Hasyim) sambil menggendong bayi yang ditinggalkan depan pintu rumah kami malam itu, ditempat disamping bayi itu tergelatak terdapat gumpalan kain, beberapa jenis makanan, dan buah-buahan yang belakangan baru saya ketahui diletakan secara tidak sengaja. Ternyata dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat adat negeri Seith ada yang disebut dengan istilah. ''ESINYI'' adalah tradisi buang bayi yang pada kesempatan itu secara kebetulan dilakukan sebagai syarat atas permintaan salah seorang keluarga untuk membawanya main kerumah. pada saat si bayi belum juga berumur 40 hari. ''Beberapa hari setelah AL (nama si bayi) lahir, Fika menggendongnya hingga keluar rumah disaksikan 2 nenek dan ibunya AL, sempat ibunya berkata agar nanti setelah besar (setelah si bayi berumur lebih dari satu bulan sepuluh hari) baru dibawah kerumah oleh Fika 'anak bungsu pak Acim'. setelah 5 bulan berjalan AL selalu demam dan panas tinggi yang berulang kembali setelah iya sembuh sampai minggu lalu ibunya AL teringat perkataan 5 bulan lebih yang lalu saat ibunya AL berkata mengijinkan AL dibawah kerumah kami oleh Fika setelah ia besar. Begitulah penuturan( ibu Sifa/istri pak Acim, seorang ibu rumah tangga biasa dengan keuletan dan rasa kasih sayang yang luar biasa).
Perkataan ibunya AL ini dianggap sebagai PAMALI oleh masyarakat desa Seith dan untuk menghapuskan pamali tersebut dilakukanlah tradisi 'ESINYI' atau 'Buang Bayi'. Seperti yang telah saya saksikan pada malam jumat tanggal 14 desember lalu, sebuah tradisi langka sebab jarang terjadi dan tidak dapat diprediksi kapan bisa terjadi. 3 hari setelah AL di rumah keluarga Pak Acim tempat dimana iya dibuang sebagai syarat tolak pamali yaitu saat dimana saya mempost tulisan ini Bayi AL dalam keadaan sehat, panas yang sebelumnya diderita AL sebelum dibuang pun telah sembuh satu malam setelah iya dibuang.. Semoga BAYI AL YANG MUNGIL TIDAK LAGI SAKIT. AMIIINNNN.
Malam itu di pintu rumah sudah ada semua anggota keluarga kecuali saya yang terlambat mengetahui keberadaan bayi kecil mungil di depan pintu rumah. Sempat di buat heran saya pun berusaha berdiri lebih dekat melihat wajah lugu itu bertingkah dalam malam dan dalam gigil.
'Aku dapat Anak' kata Pak Acim (pagilan akrab pak Hasyim) sambil menggendong bayi yang ditinggalkan depan pintu rumah kami malam itu, ditempat disamping bayi itu tergelatak terdapat gumpalan kain, beberapa jenis makanan, dan buah-buahan yang belakangan baru saya ketahui diletakan secara tidak sengaja. Ternyata dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat adat negeri Seith ada yang disebut dengan istilah. ''ESINYI'' adalah tradisi buang bayi yang pada kesempatan itu secara kebetulan dilakukan sebagai syarat atas permintaan salah seorang keluarga untuk membawanya main kerumah. pada saat si bayi belum juga berumur 40 hari. ''Beberapa hari setelah AL (nama si bayi) lahir, Fika menggendongnya hingga keluar rumah disaksikan 2 nenek dan ibunya AL, sempat ibunya berkata agar nanti setelah besar (setelah si bayi berumur lebih dari satu bulan sepuluh hari) baru dibawah kerumah oleh Fika 'anak bungsu pak Acim'. setelah 5 bulan berjalan AL selalu demam dan panas tinggi yang berulang kembali setelah iya sembuh sampai minggu lalu ibunya AL teringat perkataan 5 bulan lebih yang lalu saat ibunya AL berkata mengijinkan AL dibawah kerumah kami oleh Fika setelah ia besar. Begitulah penuturan( ibu Sifa/istri pak Acim, seorang ibu rumah tangga biasa dengan keuletan dan rasa kasih sayang yang luar biasa).
Perkataan ibunya AL ini dianggap sebagai PAMALI oleh masyarakat desa Seith dan untuk menghapuskan pamali tersebut dilakukanlah tradisi 'ESINYI' atau 'Buang Bayi'. Seperti yang telah saya saksikan pada malam jumat tanggal 14 desember lalu, sebuah tradisi langka sebab jarang terjadi dan tidak dapat diprediksi kapan bisa terjadi. 3 hari setelah AL di rumah keluarga Pak Acim tempat dimana iya dibuang sebagai syarat tolak pamali yaitu saat dimana saya mempost tulisan ini Bayi AL dalam keadaan sehat, panas yang sebelumnya diderita AL sebelum dibuang pun telah sembuh satu malam setelah iya dibuang.. Semoga BAYI AL YANG MUNGIL TIDAK LAGI SAKIT. AMIIINNNN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar