Dunia teater Maluku ditiga tahun belakangan ini tumbuh bagai jamur dimusim hujan, belum ada referensi tertulis tentang bagaimana kemunculan hingga menjadi begitu banyak masyarakat menyukai pementasan teater yang dianggap berat untuk ditonton oleh beberapa orang. yang pasti. kini dunia teater Maluku mulai membenahi diri dan berani unjuk gigi. dari berbagai sisi kita masih melihat begitu banyak kekurangan pada pementasan-pementasan teater di Maluku, mulai dari sarana yang tidak memadai, beberapa perlengkapan seperti ligthing, artistik yang masih kurang jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain memang masih di hadapi oleh komunitas dan sanggar-sanggar teater di Maluku. meski begitu, semangat dan kerja keras serta tekad untuk menciptakan karya terbaik dalam sebuah pementasan selalu ditunjukan oleh para penggiat teater Maluku. adalah Komunitas Pecinta Seni ( KOPI ) Wakal salah satunya. komunitas seni yang banyak berkonsentrasi pada dunia teater ini terbilang punya nama dalam pergaulan kelompok teater Maluku khusunya kota Ambon, komunitas yang digawangi oleh Almin Patta ( 21), Saefudien Nur Bastian S.Sos ( 25) dan Rieska Bastian Nawawi ( 22 ) ini mulai mendapat tempat pada berbagai pementasan bahkan mereka pun menjadi penyelenggara dalam beberapa pementasan.
berdiri di awal tahun 2013 kopi Wakal mulai memeriahkan dunia teater Maluku. pelantikan komunitas ini di meriahkan dengan apik oleh pementasan teater dan pembacaan puisi oleh sastrawan maluku. meski harus terseok-seok dengan permasalahan dana dan propoerti yang minim, KOPI Wakal tetap konsisten mengadakan pementasan teater bagi masyarakat, jika hal ini terus berlangsung agaknya komunitas ini patut diberikan predikat sebagai simbol kemandirian Dunia Teater Maluku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar