Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun,
karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati
ketika langit bersih kembali menampakan bimasakti, yang jauh.
tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.
lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi
pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani lagi.
Anjasmara, Adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
lewat remang dan kunang-kunang, kau lupakan wajahku, kulupakan wajahmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar