REMAH
Diatas truk, dari karung jatuh bertetesan
Dilantai bak, beras disana-sni berceceran
Cuaca gudang tengah hari atap seng seperti api
Beras tiga genggam dicakar-cakar
Dengan sapu lidi
Berempat anak di balai-balai duduk
Menjilati piring kaleng terbungkuk
Jangan sampai ada remah tersisa
Kata Ibu mereka,
Tadi siang mengais-ngaisnya
(Taufik Ismail)
PUISI ini termasuk dalam jenis puisi Metafisikalyang mengajarka kepada kita bahwa hidup itu tak semudah yang kita bayangkan, puisi ini juga masuk dalam jenis puisi deskriptif kritik social. Sebab isinya mengandung kritiksn pada ketidak becusan pemerintah dalam menuntaskan kemiskinan.
DI PANTAI WAKTU PETANG
Mercak-mercik ombak kecil memecah
Gerlap-gerlip Sri Syamsu mengerling
Tenang-menyenag terang cuaca
Biru kemerahan pegunungan keliling
Berkawan-kawan perahu nelayan
Tinggalkan teluk masuk harungan
Merawan-awan lagunya nelayan
Bayangkan cinta kenang-kenangan
Syamsu menghianati dibalik gunung
Buluh naik tersenyum simpul
Hati pengarang renung-termenung
Memuji rasa sajak terkumpul
Makin alam lengang dan sunyi
Makin merindu sukma menyanyi
Puisi ini menurut saya adalah jenis puisi prismatis sebab menggabungkan tiga unsure yaitu majas, “Sri Syamsu mengerling” personifikasi. Imaji “Hati pengarang renung-termenung Memuji rasa sajak terkumpul Makin alam lengang dan sunyi Makin merindu sukma menyanyi” tergabung dalam imaji RASA. Selain itu pemilihan katanya juga berperan sangat dalam.
BARANGKALI
Engkau yang lena dalam hatiku
Angkasa swarsa nipis-nipis
Yang besar terangkum dunia
Kecil terlindung akas
Kejunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah
Kupangku di lengan lagu
Kuaduhkan di selendang dendang
Bangkit gunung
Buka mata mutiaramu
Sentuh kecapi firdaus
Dengan jarimu menirus halus
Biar siuman dewi nyanyi
Gambuh asmara lurus lampai
Lemah ramping melidah api
Halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
Bar terdengar swara swarna
Barangkali mati di pantai hati
Gelombang tenang membanting diri
Menurut saya puisi ini tergolong jenis puisi LIRIK, Serenada sebab kata-katanya mengandung makna cinta yang saya rasa bisa dinyanyikan apalagi bagi orang yang sedang jatuh cinta.
HAMPA (PLYTA)
Hampa adalah……..
Suara tanpa kata
Musik tanpa melodi
Lagu tanpa nada
Hampa adalah……
Lukisan tanpa warna
Lilin tanpa nyala
Gelap tanpa cahaya
Hampa adalah………
Parfum tanpa wangi
Bunga tanpa aroma
Hampa adalah……..
Siang tanpa mentari
Malam tiada bulan
Langit kelm tanpa bintang
Hampa adalah…….
Gembira tanpa tawa
Ceria tanpa senyum
Sedih tanpa langit
Hampa
Kehilanganmu selamanya……
Menurut saya puisi ini tergolong puisi DIAFAR (TOTOSAIS) sebab katanya polos dan mudah dimengerti.
PELURU
Sebutir anak peluru telah lepas dari longsongnya
Menyuruk ke daging dan kini tergeletak di atas meja
Setelah pisau bedah mencungkilnya dari dada
Anak sekolah yang kini ia teringat hari ulangannya
Teringat buku tulis dan aljabar yang mahal harganya
Namun tak bisa lagi turut demonstrasi
Tak bisa lagi turut perjuangkan penderitaan
Rakyat berjuta.
Puisi ini merupakan jenis puisi DESKRIPTIF Satire.. sebab puisi ini mengandung makna ungkapan persaan tidak puas penyair terhadap negaranya. Serta juga masuk dalam , METAFISIKAL sebab mengandung filosofi kehidupan
KESABARAN
Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing nggonggong
Dunia jauh mengabur
Kelam mendiding batu
Di hantam suara bertalu-talu
Disebelahnya api dan abu
Aku hendak bicara
Suaraku hilang, tenaga terbuang
Sudah tidak jadi apa
Ini dunia enggan disapu
Ambil perduli
Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi
Ku ulang yang dulu kembali
Sambil bertutup telinga
Berpancing mata
Meunggu tenda yang
Mesti tiba
Puisi ini adalah puisi METAFISIKAL yang menegaskan pada kita tentang kerasnya kehidupan yang kitajalani bila saja kita tidak sabar.
Dalam KERETA
Dalam kereta
Hujan mengebul jendela
Semarang, Solo……… makin dekat
Saja
Menangkup senja
Menguak purnama
Cahaya menyayat mulut dan mata
Menjengkik kereta. Menjengkin jiwa
Sayatan terus ke dada
Menurut saya puisi ini termasuk dalam jenis puisi PRISMATIS sebab maknanya tak akan kita tahhu jika tak membacanya berulang-ulang, makna puisi ini disembunyikan oleh permainan kata serta majas yang sedemikian rupa hingga kita harus melihatnya dengan perhatian yang sangat.
MATA PISAU
Dua mata pisau itu tak berkejap menatapmu
Kau yang baru saja menatapnya
Berfikir ia tajam mengiris apel
Yang tersedia di atas meja
Sehabis makan malam
Ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu.
Puisi ini mengandung filosofi kehidupan, bahwasannya hidup itu mesti hati-hati
MENGAWAN
Renggang aku dari padaku
Mengikuti kawalku mengawan naik
Mewajah kegawah telentang naik
Tema lunak kotoer menghantar
Panduan benda empat perkara
Datang pikiran membentang
Membunga cahaya, cuaca lampau
Jadi terang mengilau kata
Lewat lambat aku dan dia
Tersenyum sukma kasihan serta
Benda mencintai benda
Naik aku mengawan rahman
Mengikuti khayalku membawa warta
Kuat, sayapku kuat bawakan aku
Biar sempat membedai badai
Bocah doisentik di kursi kesturi
Puisi ini adalah jenis puisi PRISMATIS sebab puisinya punya tiga unsure yang digabung, yang pertama , Majas, diksi dan imaji hingga dalam memaknainya perlu dibaca berkali-kali.
MENYESAL
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku suah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal kini tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang kuharapkan
Atur barisan di waktu pagi
Menuju kearah padang bukit
Pusi ini masuk dalam puisi METAFISIKAL sebab punnya pesan kehisupan yang mendalam terutam kepada para pemuda agar tidak sia-siakan hidup mudanya.
GADIS-GADIS MOOR DARI JEAN (F.G. LORCA)
Aku mencintai tiga anak dari moor
Di jean
Axa, Ftaimah dan Marten
Tiga orang gadis berkulit hitam manis
Pergi memetik buah zaitun dan kutemui mereka berlari
Di jean
Axa, Fatimah dan Marte…..
Siapakah kamu, yang menyita hidupku.?
Dulunya orang moor tapi sekarang Kristen, kata mereka di Jean
Axa, Fatimah dan Marten
Puisi ini menurut saya termasuk dalam puisi DIAFAR (TOTOSAIS) karena punya bahasa yang polos dan mudah dimengerti
TUHAN KITA BEGITU DEKAT
Tuhan…
Kita begitu dekat
seperti api dan panas
akupanas dalam apiMu
Tuhan……….
Kita begitu dekat
Seperti kain dan kapas
Aku kapas dalam kainMu
Tuhan…….
Kita begitu dekat
Seperti angina dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kita nyala
Pada lampu
pada itu
rindu dendam
semalam digin sekali
kini pagi terang cemerlan …… ,
udarah segar
alam yang indah…….
Semua yang hijau;
Semua hidup …..
Apakah yang terang cemerlang ……………..
Tergantun –gantun di unjung daung bunga bakun itu ……..
Kuhampiri o;sebutir embun ,
O, betapa jernih ,
Betapa suci dan putih
Ku pandang kedalam,
O, keindahan
Aku meninjau ke dalam dalam ……...
Yang tak terbatas jauhnya ……
Langit bercermin ke dalmnya,
Matahari berpancaran dalamnya ,
Makin tinggi matahari naik ,
Makin benderang enbun itu memancarkan terang itu keluar
Makin kecil juga ia ……
Akhirnya lenyap dari paNDAGAN MATA
O,TUHAN KU
BIARLAH AKU MENJADI EMBUN MU ,,
MEMANCARKAN TERANG MU
SAMPAI AKU HILANG LENYAP OLEHNYS……
SOLI DED GLORIA.
Puisi ini adalah puisi spiritual, kejiwaan (PLATONIK) puisi ini punya satu dorongan batin yang mendalam terhadap orang-orang yang mau mengenal Tuhan.
JADI
TIDAK SETIAP DERITA,
JADI LUKA
TIDAK SETIAP DUKA
JADIH DURIH
TIDAK SETiAP TANDAH
JADI MAKNAH
TIDAK SETIAP TANYA
JADIH RAGU
TIDAK SETIAP JAWAB
JADI SEBAB
TIDAK SETIAP SERU
JADI MAU
TIDAK SETIAP KABAR
JADI TAU
Puisi ini termasuk puisi METAFISIKAL yng mengajarkan tentang hidup yang tak selamanya apa yang kita inginkan dapat kita miliki..
HAMPA
SEPI DI LUAR
[SEPI MENEKAN MENDESAS –PEROMAFIKASI]
LURUS KAKU POHONAN TAK BERKERAK
SAMPAI KE PUNCAK –SEPI MEMAGUT
TAKSATU KUASA MELEPAS REGUT
SEGALA MENANTI
SEPI
TAMBAH INI MENANTI
JADI MENCEKIK
MEMBERAT MENCEKUN PUNDAK
SAMPAI BINASA SEGALA BELUM APA APA
UDARA BERLUBA SETAM BERTEMPUK
INI SEPI TERUS ADA
DAN MENANTI
Puisi ini termasuk puisi dalam jenis puisi DESKRIPTIF SATIRE, sebab puisi ini menggambarkan tentang perasaan penyair yang tidak puas terhadap keadaan pada saat itu.
MANTRA
LIMA PERCIK MAWAR
TUJUH SAYAP MERPATI
SESAAT LANGIT PERIH
DI CABIK PUNCAK GUNUNG
SEBELAS DURI SEPI
DALAM DUPA RUPA
TIGA MEYUAN LUKA
MENGAPAI DUKA
PUAH..
KAU JADI KAU
KASIH KU
Menurut saya puisi ini masuk dalam termasuk dalam SERENADA sebab puisi ini termasuk dalam puisi percintaan yang saya rasa pas untuk dinyanyikan
KU HADANG MATAHARI
-KU HADANG MATAHARI
KARNA HARI SEPERTI INI JUGA
LIHATLAH BAYANG BAYANG KITA YANG KIAN PANJANG
SEPERTI MENGHAPUS JEJAK YANG TAK ADA KITA TINGGALKAN
KU HADANG MATAHARI KARENA TIDAK JUGA TERKABUR SEPERTI KAU
DAHULU DITANYA KATA SIAPA
DAN BILAH MATAHARI DI TANYA PULA SEPERTI ITU
KEMANAH MATa KITA PINDAHKAN LAGI
SEMENTARA HARI LARUT ,SENJA PUN SURUT
Puisi kuhadang matahari adalah jenis puisi PRISMATIS dengan permainan Hiperbol serta imaji penglihatan yang kental.
RINDU DENDAM
Semalan dingin sekali
Kini pagi terang cemerlang
Udara segar
Alam yang indah
Semua hijau
Semua redup
Apakah yang terang cemerlang
Tergantung-gantung diujung daun-daun bunga bakung itu.?
Kuhampiri sebutir embun
O, betapa jernih
Betapa suci dan putih
Kupandang kedalam
O, keindahan
Aku meninjau kedalam alam
Yang tak terbatas jauhnya
Langit bercermin di dalamnya
Matahari berpancaran didalamnya
Makin tinggi matahri naik
Makin benderang embun itu memancarkan terang itu
Keluar.,,,,
Akhirnya lenyap dalam pandang mata
O, Tuhanku
Biarlah aku menjadi embunmu
Memancarkan terangmu,
Sampai aku hilang lenyap olehnya
Soli deo Gloria.!!!
Puisi ini adalah jenis puisi PLATONIK sebab berhubungan dengan seseorang yang sedang berbicara dengan batinnya tentang keagungan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar